HAKIKAT KEPEMIMPINAN
 Dalam
 kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, 
perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan 
pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang 
memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
· Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin
 adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya
 untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
· Menurut Robert Tanembaum,
 Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk 
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung
 jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan 
perusahaan. 
· Menurut Prof. Maccoby,
 Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan 
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin 
yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian 
menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara 
kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide 
ketuhanan yang berlainan.
· Menurut Lao Tzu,
 Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang 
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
· Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
· Sedangakn menurut Pancasila,
 Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan 
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari 
kepemimpinan Pancasila adalah :
v Ing
 Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan 
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – 
orang yang dipimpinnya.
v Ing
 Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat 
berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut
 Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang 
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang
 pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu 
tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan 
segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak 
definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin 
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya 
yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan
 adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
 melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses 
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku 
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok 
dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi 
orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The
 art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their 
willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order 
to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk 
mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk 
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal 
untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan
 adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa 
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan 
serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan
 yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya 
berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang 
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
 pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, 
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki 
yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya 
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi
 pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu 
fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang 
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb
 TIPE KEPEMIMPINAN 
.1. Tipe pemimpin demokratis
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah yang paling benar.
e. Selalu bergantung pada kekuasaan formal
f. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah yang paling benar.
e. Selalu bergantung pada kekuasaan formal
f. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.
 2. Tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c. Sonang kepada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Tipe pemimpin fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifatfathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.
e) Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c. Sonang kepada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Tipe pemimpin fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifatfathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.
e) Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4. Tipe kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskanmengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskanmengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
  Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratisdianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.
3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
5. Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
8. Dan sebagainya.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.
3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
5. Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
8. Dan sebagainya.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami
 teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh 
mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara
 efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara 
keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya 
kepemimpinan.
Seorang
 pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya 
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori 
tentang kepemimpinan antara lain :
Ø Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis
 ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin
 itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan 
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan 
yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam 
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
 psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak 
seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan 
dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan
 kepribadian.
 Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan
 hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di 
atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan 
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki 
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya. 
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya
 di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun 
eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang 
dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam 
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Ø Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama
 yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin 
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
 dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan
 dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua
 disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang 
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan 
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan 
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi,
 berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana 
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan 
terhadap hasil yang tinggi pula.
Ø Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan
 merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan 
faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain 
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia 
untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang 
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus 
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan 
bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
 Dari
 adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
 kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan 
(Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi 
kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya
 kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan 
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan 
sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa 
ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa 
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana 
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
 Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan 
atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan 
gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan
 pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan 
negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima
 dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
 Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan
 seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai 
keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan 
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya 
sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau 
melakukan apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya 
negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, 
ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan 
keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang 
kurang kompeten.
ü Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
ü Demokrasi
Ditandai
 adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan 
pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin 
yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, 
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
ü Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
 bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin 
menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya 
kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi 
masalahnya sendiri.
Dilihat
 dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang 
diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga 
sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian
 para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat 
ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang 
dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang 
terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat 
orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
 Pemimpin
 yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya
 merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel 
pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model 
kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang 
paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan 
teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan 
oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan
 dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah 
hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), 
struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader 
position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau 
penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua 
mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan 
pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat 
pada posisi pemimpin.
 Model
 kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional 
dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini 
melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya 
kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) 
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk 
mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai 
individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai 
kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang 
dimiliki pemimpin.
Menurut
 Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – 
masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat 
meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya 
sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak
 studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. 
Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang
 mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini 
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, 
dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya 
tersebut adalah
~ Directing
Gaya
 tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita 
belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut.
 Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita 
menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi 
demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan 
yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses 
pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses 
yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
~ Coaching
Pemimpin
 tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
 menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses 
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya 
yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman 
dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan 
kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu 
membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
~ Supporting
Sebuah
 gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam 
melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara 
detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi 
bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah 
mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan 
yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu 
untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam 
penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka 
mengenai peningkatan kinerja.
~ Delegating
Sebuah
 gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan 
tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik 
apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, 
sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu 
atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
 Keempat
 gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat 
tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga 
kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai 
”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan 
bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang
 yang dipimpinnya.
Ditengah
 – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh 
adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk 
mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan 
diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud 
dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung 
di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan 
gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga 
kemampuan khusus yakni :
Q Kemampuan
 analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat 
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q Kemampuan
 untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan 
untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa
 terhadap situasi.
Q Kemampuan
 berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan 
kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga
 kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab 
seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni 
peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), 
serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 
314-315).
Peran pertama meliputi :
ü Peran Figurehead ® Sebagai simbol dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
ü Monitior ® Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance Handler ® Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
ü Resources Allocator ®
 Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan 
melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan
 setiap keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
ü Allowing ® Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena
 jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
 mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
 adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
 tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin 
kuat pula yang dipimpin. 
 Rahasia
 utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
 kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya.
 Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, 
pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain 
dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh,
 megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, 
membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
 diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri 
sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
Sumber :
http://emperordeva.wordpress.com
http://digilib.usu.ac.id

Tidak ada komentar:
Posting Komentar